Minggu, 15 November 2009

Bhutto: Pahlawan atau Pecundang?

Dari situ setidaknya ada tiga poin penting:
1. Bhutto Ratu Dugem?
Anda ingin membenturkan saya toh dengan kenyataan masa lalu Bhutto?
Bagi saya itu tak terlalu bermasalah; kalo kita mau main
militan-militan-an, dulu ada orang namanya Sayyid Quthb, yang agak
mirip dengan kisahnya Bhutto. Masa mudanya “dugem”, tapi kemudian masa
tuanya diisi dengan perjuangan dalam bidang politik membela bangsanya.
Jadi tak masalah masa lalunya Dugem atau tak Dugem; seperti sabda
Rasulullah SAW, betapa banyak manusia sepanjang umurnya diisi dengan
amalan surga, namun di akhir hayatnya justru ia melakukan amalan
neraka dan masuk neraka. Begitu juga sebaliknya …
Bisa jadi akhir hidup Bhutto itu pembayar atas kekhilafan semasa
mudanya … who knows?
2. Bhutto vs. Islam Fundamentalis
Kemudian dikatakan bahwa Bhutto ingin memberangus kekuatan “Islam
Fundamentalis” di negerinya sendiri.
Lho, saya kalo jadi pemimpin di Indonesia juga saya berangus kok
“Islam Fundamentalis”; tapi gak perlu bantuan Amerika dengan
menjatuhkan berton-ton bom. Saya berangus dengan pendidikan, supaya
jadi teroris yang lebih cerdas. Misalnya, berjuang lewat parlemen;
jadi tidak dengan lewat bom bunuh diri jika tak setuju dengan lawan
politiknya …
Saya yakin 100 %, Bhutto itu dicintai rakyat Pakistan, karena beliau
sangat cinta rakyat Pakistan … maka dari itu tangisan jutaan rakyat
Pakistan menyertai kepergiannya …
Maka dari itu saya juga yakin 100 %, Bhutto sangat cinta kepada warga
Pakistan yang dicap “militan”; saya yakin Bhutto tidak benci kepada
orangnya, melainkan kepada pandangan hidup militan tersebut. Sehingga
yang dibunuh bukanlah orangnya, melainkan pandangan hidup militan yang
tidak islami itu …
Inilah maksud almarhumah Bhutto …
3. Keterlibatan CIA
Sebagaimana tercantum di artikel itu, saya juga sepakat CIA terlibat,
sebagaimana pembunuhan Ayahnya … jadi dimana letak pertentangannya?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar